Sitoluama, 23 September 2019, Mahasiswa IT Del menerima Kuliah Umum dari Bapak Iskandar Sitompul, S.E., S.H., beliau merupakan seorang laksamana muda TNI, Iskandar memulai karir di akademi militer di Akademi Angkatan Laut pada tahun 1980. Selepasnya lulus dari AAL, ia segera ditugaskan sebagai Perwira TNI AL dengan pangkat Letnan Dua dan ditugaskan di KRI Jayawijaya sebagai Kepala Departemen Bantu di yahun yang sama. Berbagai jabatan pernah dilakoni ayah dari Alexander Kevin dan Alexander Andre ini, terakhir, saat ini ia menjabat sebagai Kapuspen TNI yang dilantik akhir Desember 2010 lalu. Tak hanya menempa ilmu di AAL, berbagai pendidikan militer pernah  dilakukan Iskandar seperti Kursus Perwira Eka Dasar (1981), Kursus Perwira Perbekalan (1982), Penataran Waskat (1989), Suslapa-1 Keuangan (1991)

web

Iskandar mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenali sejarah, menghormati jasa-jasa para pahlawannya. Para pendiri pendiri bangsa sudah sepakat negara mendirikan negara ini dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila. Dalam materi kuliah umumnya, Iskandar juga menceritakan sejarah perjalanan Indonesia dari era kemerdekaan sampai sekarang. Kini, lanjutnya Indonesia tengah berada dalam masa transisi selepas reformasi. Banyak tantangan yang akan dihadapi di fase tersebut.

NKRI 20-25 Tahun yang akan datang dipimpin oleh generasi yang saat ini berusia 15-34 tahun (Millennials). NKRI 20-30 Tahun yang akan datang diharapkan menjadi negara urut ke 5 ekonomi terbaik dunia. Wajib mengelola dengan baik geografi, Sumber Kekayaan Alam, Ideologi Politik Ekonomi Sosial Budaya Pertahanan dan Keamanan. Maju-mundurnya NKRI ada di tangan generasi Millennials. Ujar Iskandar

Iskandar mengatakan, ancaman tentang kelangsungan NKRI dan ancaman terhadap Pancasila. Dalam situasi seperti ini kita harus bersikap tegas membela NKRI dan Pancasila sebagai falsafah bangsa. Kedua yang perlu disikapi ialah perkembangan demokrasi di Indonesia. Misalnya seringkali terjadi pro dan kontra terhadap pemerintah, hal itu adalah hal biasa yang terjadi dalam demokrasi. Namun kebebasan tersebut jangan disalahgunakan dengan sering mencaci dan mengkritik secara tidak santun. Di tengah keprihatinan itu tak ada istilah pesimis. Kita harus tetap optimis menjadi bangsa yang besar ke depan. Dalam suasana kekinian saya ingin mengajak para mahasiswa menyadari, mengambil sikap yang bijaksana dalam situasi tersebut,” ungkapnya.

Iskandar mengatakan, generasi muda harus jadi tonggak kemajuan bangsa. Syarat untuk mencapai hal tersebut, katanya, pertama harus ada jiwa atau semangat nasionalisme yang ingin berbuat terbaik bagi bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi. Kedua, di era global sekarang mahasiswa harus punya daya saing sehingga semakin kompetitif. Ketiga harus disiplin terhadap peraturan dan hukum yang berlaku. “Sebab hukum adalah sesuatu yang harus diimplementasikan bukan dikompromikan,” ujarnya.