Andaliman yang merupakan tanaman endemik di Kawasan Danau Toba saat ini hanya dikenal sebagai bumbu penyedap makanan tradisional Batak. Guna mendukung kegiatan pemerintah yang mencanangkan Kawasan Danau Toba sebagai salah satu kawasan strategis pariwisata nasional maka Program Studi Manajemen Rekayasa melihat peluang tersebut dengan menggandeng beberapa pelaku UMKM yang berkecimpung dalam membuat produk turunan andaliman. Salah satu UMKM sebagai penggiat dan pemerhati eksistensi tumbuhan andaliman adalah Taman Eden 100. Taman Eden 100 yang berlokasi di berlokasi di Kecamatan Lumban Julu dikelola oleh Marandus Sirait seorang penerima Kalpataru 2005 yang memang telah menginisiasi pembudidayaan tanaman andaliman.

web

Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan bersama dengan UMKM Taman Eden ini adalah mendesain alat bantu berupa alat pengering andaliman. Hal ini dilakukan seiring dengan meningkatkan permintaan pasar akan produk turunan andaliman. Kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dari Prodi Manajemen Rekayasa Institut Teknologi Del pada tahun 2019 yang sebelumnya telah memunculkan inovasi-inovasi produk turunan andaliman seperti Si Arsik (bumbu arsik andaliman) dan  Bandal (Bandrek Andaliman).

Alat pengering andaliman ini berkapasitas maksimum 7 kg dengan waktu pengeringan 6 jam. Alat ini dilengkapi dengan tungku pemanas berbahan bakar gas yang memiliki blower guna menyeimbangkan suhu dalam ruang pengeringan. Alat ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar akan kebutuhan andaliman kering. Disisi lain dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar sambil tetap menjaga keseimbangan ekologi di Kawasan Danau Toba.

IMG_1358 IMG_1312 IMG_1299 IMG_1263